Sejarah orang-orang Madura. Cerita suku Madura. Legenda di Madura. Kebudayaan Madura. Jalan-jalan ke Madura. Raja-raja Madura.

Duo Sejati dari Madura: Pangeran Trunojoyo Vs Raden Bugan

Memiliki takdir hidup hampir mirip. Kehilangan keluarga akibat konflik dan kekuasaan. Keduanya tumbuh menjadi pejuang tangguh. Mencintai rakyat sekaligus juga dicintai oleh rakyatnya. Rela bertaruh nyawa. Demi bangsa dan negaranya.

Joko Tole, Sang Pemimpin Besar Madura Kuno

Sejarah Madura kuno menyimpan banyak fakta sejarah. Fakta-fakta tersebut makin pudar ditelan zaman. Generasi muda Madura semakin tidak tahu keteladanan para leluhurnya terdahulu. Di antaranya adalah Joko Tole. Siapakah dia?

Pesona Ziarah Ke Madura

Pulau Madura memiliki fakta unik dan sangat menarik, yaitu pesona spiritual luar biasa yang tampak dari kebudayaan yang jauh lebih lekat dengan fenomena keagamaannya, seperti situs-situs ziarah yang banyak dikunjungi dari berbagai daerah.

Mencoba Sensasi Advan W90

Sudah lama saya bermimpi bisa menulis di mana pun saya berada. Tanpa perlu ribet membawa beban berat semacam laptop berikut kabel pengisi baterei. Advan Vanbook W90, ternyata cukup lumayan. Sayang, reviewnya sulit juga saya telusur di internet.

Wow, Batik Madura Tembus Dunia!

bagi orang Madura, batik bukan hanya soal busana. Tetapi juga soal gaya hidup. Berada di mana pun, kaum perempuan Madura tak pernah lepas dari yang namanya batik!

1.29.2016

Berdebat, Apa harus Menang?



Debat menjadi salah satu di antara cara menyelesaikan masalah tertentu. Tanpa debat, rasa-rasanya sebuah obrolan jadi tak seberapa garing. Tetapi, apa sebenarnya keuntungan dari perdebatan? Benarkah ia mampu memecahkan masalah?


Apa itu debat? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) debat diartikan sebagai pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Diamati dari KBRI, maka poin penting dari debat adalah upaya mempertahankan pendapat masing-masing.

Dalam buku Retorika, Dori Wuwur, ia menjelaskan debat adalah saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak. Poin yang bisa disimpulkan
Share:

Aku Berpikir maka Aku Menghilang?

Mula-mula diriku meyakini bahwa jika aku berpikir maka aku ada. Namun nyatanya, makin diriku berpikir makin saja diriku tak menemukan apa-apa. Apapun. Hilang semua bentuk. Semua rupa. Semua bahasa. Semua benda-benda.


Siapa aku? Begitulah diriku memulai doa-doa Nabi Descartes itu. Orang-orang memberikan sahutan, dirimu adalah dirimu. Kutanya balik, dirimu yang mana? Mereka kembali menyahut, ya dirimu yang itu. Yang di depanku. Yang sekarang memiliki pertanyaan demi pertanyaan.

Aku bertanya tentang siapa diriku, mengapa engkau lantas menjawab tentang soal dirimu? Aku tak bertanya soal dirimu. Tetapi bertanya soal diriku, siapa diriku? Lalu, siapa juga dirimu? Mengapa engkau berada di hadapan yang disebut dengan diriku ini? orang-orang terdiam. Mereka lanatas memilih membisu. 

Sebelum berlalu, mereka masih sempat menyisakan jejak kata; dia sedang mempertanyakan tentang siapa dirinya. Padahal dia sudah paham seluk-beluk soal itu. Yang lain menimpali, ah barangkali dia memang sejak terlahir sudah tak memiliki sebuah nama.

Oh, mereka malah menempatkan satu pertanyaan lagi, mengatakan bahwa diriku adalah dirinya? Merekalah yang sebenarnya sedang bingung, bukan diriku ini. Diriku hanya bertanya siapa diriku? 

Tetapi bukannya mereka memberikan penjelasan tentang siapa gerangan diriku, malah menjelasakan sesuatu yang lain; tentang dirimu, tentang dirinya. Atau bahkan jika saja aku tanya lagi, orang-orang itu mungkin juga akan berkisah tentang mereka?


Diriku Menghilang?

13867100931509502401
doc--arestakilu.wordpress.com


Bertanya pada orang-orang tak memberikan jawaban yang setimpal. Maka bertanyalah diriku pada diriku sendiri, siapa gerangan diriku ini yang sejati? Aku pun mulai mencoba melakukan penelusuran tentang apa dan siapa gerangan diriku yang sesungguhnya.

Aku lantas memilih menghampiri cermin. Di sana tampillah apa yang orang-orang sebut adalah diriku, dirimu dan juga dirinya. Ada rambut, kepala, bahu, tangan, dan kaki. Sebutlah sederhannya yang dapat kulihat adalah organ-organ tubuh. Maka muncullah bisikan di dalam hatiku, oh jadi yang dimaksud diriku adalah organ-organ tubuh?

Bibirku sunggingkan senyum. Puas mendapatkan jawaban ini. Ringkas, padat dan jelas. Juga mengena. Ya berarti yang dimaksud dengan diriku adalah organ-organ tubuh itu. Hingga kemudian di dalam tempurung kepala, muncul lagi sebuah tanda tanya dadakan.

Lalu, siapa ini gerangan yang bertanya-tanya soal diriku ini? Oh, itu pikiran. Pikiran? Apa itu pikiran? Seperti apa rupa dan bentuknya? Menyahut silbus pertanyaan ini, kembali aku melihat cermin. Tak muncul apapun di sana, apa yang disebut dengan pikiran.

Lalu di mana letak pikiran jika begitu? Apa dia memiliki semacam suara-suara? Jika ia tak memiliki semacam suara-suara, mengapa jelas terdengar di kepalaku yang bergolak dengan ribu pertanyaan?

“Maka bertanyalah engkau pada pihak yang mengatakan aku berpikir maka aku ada. Biar dia sendiri yang menjelaskan. Lebih tepat bukan?” Ah, suara siapa ini yang memberikan pertanyaan terbaru?

Tiba-tiba rupa-rupa diriku seakan menghilang. Aku hanya melihat sebentuk badan yang tersusun dari organ-organ badan. Apa iya itu adalah diriku? Demikian pertanyaan itu mengulang. Mengulang dan mengulang.

“Barangkali kau perlu memasuki ruangan-ruangan lain yang bisa memberimu jawaban-jawaban yang memuaskan,” suara itu kembali mengusukan penawaran. Aku terpaksa mengiyakan.

Sebuah ruangan pun terbuka. Sebuah gerbang lebar terbuka. Tikar-tikar panjang digelar. Beberapa orang duduk dengan lesehan. Beberapa di antaranya memiliki jenggot yang panjang terurai. Putih keemasan. Siapa mereka?

“Duduklah nak. Kami siapa membantu dan urun rembug mengenai soal-soal dari tempurung kepalamu itu. Dengan sepenuh hati...” kata salah seorang dari mereka. Masing-masing dari mereka ternyata membawa sebuah buku tebal. Kumuh dan berdebu. “Maklum. Buku ini sudah lama kami simpan. Jadi berdebu begini rupa...” katanya lagi.

Aku melihat judul-judul buku mereka yang tertera dengan jelas terpapar di mata. Ya baru aku mengenal siapa mereka.

“Aku adalah Karl Marx...” kata salah seorang dari mereka memperkenalkan diri.
“Perkenalkan daku adalah syekh Siti Jenar... “ busyet. Tokoh tanah Jawa juga muncul. Lalu, di sebelahnya lagi menggeser lokasi pantat. Kurasa ia juga pengen mengenalkan diri. Langsung saja kuangkat tangan ke atas.

“Stop dulu tuan-tuan. Sebelum memasuki sesi diskusi, baiknya saya tutup dulu ruangan pikiran saya ini,” kata diriku meminta permohonan. “Mengapa harus begitu?” tanya yang menyebut dirinya Karl Marx.

“Saya belum mengisi modem dengan energi yang powerfull. Jika habis, ya bahaya. Ilmu aji Kompasiana saya bisa padam mendadak. Sementara saya mengisi energi terlebih dahulu ... “ kata diriku dengan wajah memerah memalu.

Para sesepuh itu beruntung cuma manggut-manggut simpul.


1386709936715375820
kakbenny.blogspot.com"
Share:

Sembuh Simpel Ala SEFT

sefthealing.com


Saya manggut-manggut, ketika seorang ibu berumur 50-an tahun menyatakan kadar gulanya sudah turun. Bahkan sudah bisa makan apa yang dulu menjadi pantangan. Sakitnya juga sudah lumayan mereda. 

Dia adalah pengidap Diabetes. Setelah diterapi, penyakitnya berangsur sembuh, meski belum 100%. Berulangkali dia mengucap syukur. Dulu ia sering gelisah karena banyaknya pantangan makan. 

Belum lagi ia merasa kalut karena takut keburu meninggal sebelum memiliki cucu. Setelah mengikuti training SEFT, ia mulai leluasa mengikhlaskan apa yang jadi kecemasan terbesarnya Kini, ia lebih berbahagia, bukan cuma lebih bisa menikmati hidup, pun karena menjadi lebih sehat.

Ibu di atas salah satu dari peserta training SEFT yang saya wawancarai. Rupanya

Share:

Selingkuh Bersungguh-Sungguh

Debur arus sungai ini bak samudra saja. Bergemuruh. Airnya berpental-pental, bergelombang. Tiap pulang kerja, akhir-akhir ini aku suka singgah di sungai ini. Menikmati semilir yang sumir.

foto: article.wn.com

“Hallo tampan...” 

Ah. Perempuan itu. Sudah di sampingku ternyata. Semilir angin membawa kumpulan rambutnya berderai, bergelombang. Juga bergemuruh. Meski gemuruhnya terdengar dalam dada. Bayangkan saja, tiba-tiba ada wanita jelita di sebelahmu. Seksi lagi. Aduhai begitu. Minimal hatimu berdebar.

“Ada film bagus malam ini,” katanya. Aku sengaja tak menggubris. Aku tahu maksudnya. Sudah tiga kali ini dia bilang begitu
Share:

1.25.2016

Kembali ke Bolpent dan Lembar Kertas!

Senang, bangga dan puas karena pekerjaan makin cepat berkat adanya gadget berteknologi canggih? Sebaiknya dikurangi kadar rasa puasnya. 

Kerja berminggu-minggu, ndilalah lenyap gegara gadget bermasalah misalnya. Memulainya dari awal, tentu bikin pening kepala.




Plashdish, laptop, internet maupun tablet adalah keajaiban dunia modern. Ruang kantor pun tak lagi monoton di satu tempat. Bisa di mana saja. Asalkan perangkat-perangkat tersebut dimiliki. Di warung kopi, bahkan pinggiran sungai pun bisa jadi kantor kerja dadakan.

Semuanya jadi serba mudah. Tentu, produktivitas dan kreativitas kerja juga meningkat. Melahirkan sejumlah karya pun bisa jauh lebih banyak dihasilkan. Tapi bukan berarti tanpa masalah sama sekali. Keajaiban teknologi tersebut membawa efek lain, yaitu ketergantungan ke tingkat yang fanatik.
Share:

1.20.2016

Respons Tagar, "KamiTidakTakut"!

Kasus teror hotel Sarinah meletupkan gempita tagar, 'Kami tidak Takut'. Saya jadi teringat sejumlah keadaan yang kerap memantik emosi. Bahkan, sampai bakar amarah sampai di ubun-ubun!



doc. unseriousdaily.blogspot.com


Ya bagaimana. Di tengah cuaca cukup panas. Jalanan macet, ndilalah muncul tukang becak menyelip begitu saja di sela-sela kendaraan. Menambah suasana semakin tidak terkendali. Atau, mendadak sebuah angkot yang melacu cepat, bergegas minggir ke tepian jalan tanpa aba-aba. Menurunkan atau keinginan menunggu penumpang. Bisa ditebak. Macetnya tambah-menambah.

Saya juga pernah disuruduk taksi dari belakang. Padahal,
Share:

1.16.2016

Mencoba Sensasi Advan Vanbook W90


Sudah lama saya bermimpi bisa menulis di mana pun saya berada. Tanpa perlu ribet membawa beban berat semacam laptop berikut kabel pengisi baterei. Advan Vanbook W90, ternyata cukup lumayan. Sayang, reviewnya sulit juga saya telusur di internet. Mungkin hampir tidak ada.





Sebagai orang yang awam teknologi, saya tidak punya pandangan apapun. Ingin membeli laptop yang kecil, namun simpel dan enteng dibawa ke mana saja.

Selama memegang laptop, lumayan bikin punggung terasa ngilu-ngilu. Tas besar yang saya bawa juga tak muat diisi barang-barang lain yang saya perlukan. Tidak membawa buku bacaan dan buku cataan bagi saya terasa garing.

Harapan terjawab saat tidak sengaja pengen ganti handphone. Saya mencoba-coba tanya. Adakah handphone yang cukup lihai dibuat menulis? Ketemulah jawaban dari penjaga konter handphone yang saya cari-cari
Share:

Definition List

Unordered List

Support