Orang Madura: Hidup Mati di Dalam Batik

andasblega.blogspot.com

Bicara soal kain batik, pengalaman saya berkenalan dengan kain khas dan sangat kental seninya ini terbilang sangat konyol-konyolan.

Kain berbahan batik dalam sejarahnya, muncul sejak zaman Majapahit, dan semakin populer di zaman kerajaan Mataram. Karena dijadikan pakaian khas istana kerajaan. Seni batik menjadi petanda tingginya nilai-nilai seni yang berkembang
di tanah air.

Istilahnya, bagi rakyat Nusantara, seni tak hanya berlangsung di dunia aksara. Namun juga berkembang pesat di ranah pakaian. Menjadi pakaian sehari-hari. Dan tiap-tipa motif batik memiliki makna dan artinya tersendiri. Pakaian batik motif parang rusak misalnya.

Motif yang diciptakan oleh panembahan Senopati—raja Kerajaan Mataram—lahir karena inspirasi saat ia bertapa di sepanjang pesisir pulau Jawa, yang mana terdapat banyak jajaran keindahan seribu pegunungan. Dan jika diamati dari kejauhan tampak seperti tebing (pereng) berbaris. Akhirnya, menimbulkan ilham kain batik motif kain rusak.

Maka, bisa dikatakan, bahwa batik merupakan cara dan aktualisasi orang zaman dahulu mengekspresikan puisi-puisinya akan keindahan, kebesaran dan keagungan Tuhan di jagad raya. Sungguh luar biasa jika menikmati keluasan puisi di dalamnya.

 Nyadar Kala Kuliah

Bicara batik, pengalaman saya terbilang konyol-konyolan. Betapa tidak, saya baru benar-benar sadar—atau tepatnya tahu betul—soal batik setelah memasuki dunia kuliah. Sebelum-sebelumnya, batik tidak menarik minat saya.

Bukan sebab batik sama sekali tidak menyimpan daya tarik. Faktor kepolosan, dan saat itu saya hanya paham satu urusan, sekolah, sekolah, dan sekolah. Jadi, soal-soal selain mata pelajaran sama sekali tidak terbersit dalam benak saya.

Satu hal yang terlintas dalam pikiran saya soal batik masa itu, bahwa batik adalah sesuatu yang sakral, wah, sangat formal, dan hanya dipakai oleh para PNS, pejabat, dan yang terhormat bapak Presiden. Selebihnya, saya sama sekali tidak tahu dan tidak paham.

Namun hal itu berubah kala memasuki kuliah. Tiba-tiba saya jadi ingin sekali mencermati lebih banyak soal batik. Saya ingin tahu, apa sih sebenarnya yang sering disebut-sebut banyak orang dengan batik. Kenapa sebegitu terkenalnya. Kebanggaan muncul setelah mengetahui keunikan batik, dan bahwa batik merupakan karya otentik para leluhur.

Dan yang lebih mengagetkan, setelah lama membaca-baca soal batik, saya benar-benar terperangah. Bagaimana tidak terperangah, jika apa yang bikin saya penasaran itu, bukanlah sesuatu yang asing bagi sepanjang perjalanan kehidupan saya sendiri. Kain batik adalah sesuatu yang sangat akrab dan bahkan lebih rekat dari apapun. Ia sudah menyelimuti sejak saya lahir ke dunia!

Seperti bayangan saya semula soal batik, mula-mula saya membayangkan sesuatu yang wah, dan hanya dipakai oleh kalangan tertentu. Nyatanya, yang namanya kain batik itu adalah pakaian keseharian orang-orang di sekitar saya! Pakaian sehari-hari emak, mbak, adik, ponakan, nenek, tetangga, juga kain yang sering dipakai untuk memandikan orang yang meninggal dunia!

Walau batik menjadi kain keseharian orang-orang Madura, sepertinya batik mulai dipakai di Madura berkat pergaulan antar-kerajaan di Madura dengan kerajaan di tanah Jawa. Berbeda dengan di Jawa, di mana batik menjadi pakaian khas orang-orang tertentu, yaitu pakaian orang yang berkelas, para punggawa tinggi kerajaan, batik di Madura berkembang menjadi kain utama bagi mayoritaas rakyat Madura.

Ini terlihat dari sangat merakyatnya kain berbahan batik, karena hampir semua pakaian rakyat Madura menggunakan bahan batik, baju, kerudung, selendang, bahkan sarung kaum perempuan Madura seluruhnya berbahan batik. Tak ketinggalan, digunakan untuk sarana memandikan jasad bagi orang yang sudah meninggal dunia.

Maka, bagi orang Madura, batik tak sekedar kain biasa. Ia menyimpan filsafat yang sangat dalam. Karena ia adalah pakaian sehidup-semati.

Catatan Berikutnya:
Wuw, Batik Madura Tembus Mancanegara!
Kekuatan Militer Madura Kuno
Jokotole, Pemimpin Hebat Kerajaan Kuno Madura