Sejarah orang-orang Madura. Cerita suku Madura. Legenda di Madura. Kebudayaan Madura. Jalan-jalan ke Madura. Raja-raja Madura.

Misteri Manusia Madura (1)


Pulau Madura adalah di antara suku di tanah air yang memiliki banyak keunikan, baik dari aspek sejarah, peradaban, maupun tokoh-tokoh yang hidup di dalamnya. Yang kontroversial, berasal dari manakah orang Madura? Siapa manusia pertama kali yang menetap di sana? Benarkah mereka merantau karena alasan tanahnya yang tandus dan tak bisa menghasilkan?


Pertanyaan tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Lebih-lebih, meski letak pulau Madura  sangat kecil dan termasuk bagian dari kawaasan tanah Jawa, orang-orang di dalamnya cukup berbeda dari orang Jawa. Bukan hanya secara bahasa, maupun budayanya, tetapi juga soal cara sikap dan berkomunikasinya yang bertolak-belakang dengan orang Jawa.

Orang Madura terkenal dengan sikap kerasnya. Bahkan, secara ekstrem mereka dianggap memiliki perilaku yang kasar dan mau menang sendiri. Betulkah demikian? Sebenarnya, persepsi tersebut tak selamanya benar. Bahkan, sangat keliru.

Orang Madura sejatinya sangat ramah dan sangat peduli dan penuh penghormatan kepada sesama meski berbeda suku, etnis dan agamanya. Yang tak banyak orang tahu, di setiap daerah di Madura pasti berdiri pondok pesantren. Di setiap desa pasti ada masjidnya.  Dan di masing-masing rumah penduduknya pasti ada musallanya. Karena itu, hampir rata-rata orang Madura adalah santri, sehingga kesadaran keagamaannya sangat kuat.

Yang perlu diketahui, orang Madura bukannya memiliki sikap kasar. Hanya saja mereka memiliki cara sikap dan cara berkomunikasi yang bertolak belakang dengan suku lainnya, terutama dengan suku Jawa. Orang Jawa sangat mengedepankan sikap yang halus untuk menjaga perasaan lawan bicara, sedang orang Madura cenderung terbuka (spontan) dan tanpa basa-basi.

Cara mereflesikan sikap inilah yang seringkali menebar masalah tak perlu. Suara orang Madura yang lantang, kerap dikira mau mengajak perang (hehe). Wajar, selain banyak yang hidup di pesisir yang agak kedap suara sehingga perlu suara lebih keras, jumlah penduduknya juga lebih lengang dari Jawa. Orang Madura akhirnya terbiasa bersuara keras karena sering suaranya tak kedengaran karena posisi rumah yang berjauhan. Di Jawa, jarak antar rumah sangat rapat, saking padatnya jumlah penduduk.

Orang Madura senangnya langsung pada poin masalah, sedang orang Jawa maunya basa-basi dulu sebelum sampai pada inti masalah. Bagi orang Madura sikap seperti ini membosankan karena seperti berbelit-belit. Wajar mereka jadi bosan menunggu.

Pengalaman saya di selama merantau di Jawa, jelas perbedaan ini sering mencetuskan masalah khas tersendiri dalam bergaul. Namun lambat-laut seiring waktu, persaudaraan malah semakin erat, ketika masing-masing dari kami mengetahui akar masalahnya. Kami justru menemukan kejenakaan sikap kami masing-masing. Bagi teman-teman Jawa, kami dianggap sangat lucu saat bicara. Sering sebelum selesai semua kata, mereka sudah terbahak duluan.

Selanjutnya, saya mulai ketemu saudara-saudara lain yang non-Jawa, seperti Medan, Kalimantan, atau Sumatera dan suku-suku lainnya. Masing-masing suku ternyata menyimpan sisi keunikan tersendiri. Begitu kami berkumpul dalam satu perbincangan, rasanya kami seperti berada dalam perbedaan yang tajam satu sama lain di awal perjumpaan.

Tetapi selanjutnya, perbedaan tersebut justru menjadi keunikan yang semakin mempererat persaudaraan. Kami seakan menjadi kumpulan manusia yang susah stress, karena terhibur oleh keunikan-keunikan yang kami miliki.

Untuk mengenali lebih jauh tentang sikap khas Madura, bisa ditelusuri dari falsafah yang membangun cara pandang mereka melihat dan menyikapi hidup. Orang Madura sangat dipengaruhi oleh sensasi dan suasana pesisir dan kondisi daratan yang berbukit-bukit. Tak ada pegunungan di Madura. Adanya adalah bukit-bukit dan sungai-sungai yang ukurannya kecil.

Sejak zaman leluhur, orang Madura sudah suka merantau. Jika orang mengatakan tanah Madura tandus dan gersang, saya kira tidak selalu benar. Banyak kondisi tanah di Madura yang subur, meski memang sangat jarang memiliki aliran sungai yang berukur besar. Tetapi secara kecukupan air, saya kira sama saja dengan daerah lain di luar Madura. Ada yang tandus, ada juga yang subur. Sama saja sih menurut pengalaman saya.

Spirit merantau menurut saya bukan semata atas dasar tanah yang sulit ditanami. Akan tetapi, memang sejak leluhur pertama orang Madura, mereka sudah memiliki cara pandang hidup yang senang berkelana untuk menambah wawasan, pergaulan dan pengalaman.

Terbukti, sejak zaman Madura Kuno, orang-orang Madura, nyatanya tak hanya sekedar merantau. Akan tetapi, juga banyak memberikan sumbangsih besar bagi berlangsungnya peradaban di tanah Jawa, dan daerah-daerah lain di Nusantara.

Taruhlah misalnya, sejak manusia pertama Madura, yaitu Raden Segoro.  Perannya sangat besar bagi kerajaan Mataram Kuno, yang membebaskan kerajaan tersebut dari serangan negeri lain. Raden Arya Wiraraja di era Kerajaan Singasari-Majapahit. Pangeran Trunojoyo era Mataram Islam. Raja-raja bergelar Cakraningrat yang sumbangsihnya cukup besar bagi Mataram Islam. Dan masih banyak lagi, termasuk di era pra-kemerdekaan dan pasca era kemerdekaan.

Definition List

Unordered List

Support