Apa yang seru di bulan puasa, selain
melimpah berkah? Tentu itu adalah Ngabuburit menunggu magrib. Untuk mencari menu berbuka, banyak pihak yang menyediakan
gratis demi meraih keberkahan. Mulai dari kalangan individu, perusahaan, pengusaha
hingga pejabat. Mereka mengumpulkan dana kemudian berbagi bahagia dengan sesama.
Bulan Ramadhan memang penuh berkah dan memberikan kesan
keistimewaan yang khusus. bagi banyak orang, terutama menjadi berkah bagi kalangan
ke bawah, seperti anak-anak yatim-dhuafa sampai tukang becak dan sebagainya. Apa
pasal? Tak lain karena mereka kerap jadi pihak utama berbagi.
Senin (13/6/2016), misalnya. Saya mencicipi nikmat ngabuburit di Graha XL yang berlokasi di Jl. Pemuda,
Surabaya. Sejumlah awak media juga hadir di
sini. Yang tidak terduga, ternyata ada sosok berpakaian lengkap. Baju koko,
bersarung, dan tentu saja berkopiah. Saya kira siapa. Terasa tidak asing.
Nyatanya beliau adalah Kiai Suudi Sulaiman.
Tepat juga pihak XL mendatangkannya. Materi ceramah yang ia
sampaikan menyesesuaikan dengan situasi yang sedang berlangsung di depannya.
Cepat membangun cimetri dengan jamaah ngabuburit. Penyampaiannya bukan hanya
mudah dicerna, juga mudah dirasakan. Dakwah
jenakanya meringankan pemahaman, selami makna.
Sebagai perusahaan operator seluler, bukber yang diadakan cukup menuaskan dengan gaya prasmanan. Acara bukber ini juga menjadi
berkah bagi para tukang becak yang mangkal di seputaran Jl. Kayoon. Dari
perusahaan XL mereka memperoleh bingkisan khusus.
Kiai Suudi Sulaiman |
Konjen Ikut Gelar Bukber
Ngabuburit sembari berbuka puasa juga digelar sejumlah Konsulat
Jenderal (Konjen) negara asing, seperti yang diadakan oleh Konjen Jepang,
bersama 22 pengasuh dan ustad Pondok Pesantren di
Jawa Timur. Para tokoh agama tersebut merupakan di antara tokoh-tokoh yang ikut dalam pertukaran budaya dan agamawan yang digekar Konjen Jepang. Mereka berada di negeri Sakura selama 9 hari.
Jawa Timur. Para tokoh agama tersebut merupakan di antara tokoh-tokoh yang ikut dalam pertukaran budaya dan agamawan yang digekar Konjen Jepang. Mereka berada di negeri Sakura selama 9 hari.
Konjen Jepang-Yoshiharu Kato, bersama pengasuh dan ustad Pondok Pesantren |
Konjen
Jepang, Yoshiharu
Kato, mengatakan, saat ini sudah ada sejumlah 138 tokoh agama yang
diberangkatkan ke Jepang. Berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Mereka di Jepang selama 9 hari. “Tujuannya, kita ingin memperkenalkan
kebudayaan Jepang dan mempererat hubungan dan terciptanya saling kesepahaman
satu sama lain,” katanya.
Ia juga menyebutkan kini jumlah wisatawan
muslim yang berkunjung ke Jepang sebanyak 100 ribu orang. Masyarakat Jepang
menurutnya juga memiliki ketertarikan dan kesadaran akan hubungan wisatawan
muslim. Tidak heran, saat ini jumlah makanan berstandar halal juga bertambah.
Ia sangat mengagumi muslim Indonesia yang
sangat moderat. Dalam rentang 35 tahun keberadaan Konjen Jepang di Indonesia,
ia merasakan keeratan persaudaraan di tengah kompleksitas perbedaan. Apalagi,
lanjutnya, di saat seperti sekarang ini. Dengan adanya stigma buruk atas
masyarakat muslim, karena terjadi tindak kekerasan yang mengatasnamakan Islam.
“Hubungan persaudaraan seperti ini sangat
dibutuhkan, untuk menjembatani rasa saling kesapahaman dan persaudaraan. Karena
itu, dalam gelar bukber para alumni yang pernah kita berangkatkan ke Jepang
ini, kita berharap masukan dan pandangan mereka. Demi bertambah eratnya hubungan
silaturahim,” katanya.
Berkah
Anak-Anak Yatim
Waktu ngabuburit juga menjadi berkah bagi anak-anak yatim
dan dhuafa. Sudah pasti banjir undangan. Suatu kebahagiaan dan bulan yang
sangat istimewa untuk mereka. Betapa tidak, dari banjir undangan tersebut tidak
semata soal banjirnya aspek materil. Pun secara nonmateril. Menambah semangat
dan bangkitnya kebersamaan berlimpah cinta oleh banyak orang. Mereka merasakan
besarnya dukungan dan antusiasme semua orang untuk kehidupan mereka.
Lebih-lebih, jika dukungan tersebut juga bermuatan edukatif
dan memberi inspirasi menapak masa depan. Misalnya, jika mereka diundang oleh
para pengusaha, tokoh agama dan tokoh-tokoh yang mampu menularkan keteladanan
perjuangan meraih kehidupan yang berhasil nan penuh makna.
Konjen Tiongkok-Yu Hong, cengkrama bersama anak-anak Yatim |
Apa yang saya lihat pada Sabtu (11/6/2016), misalnya di
halaman Masjid Cheng Hoo. Sebanyak 750 anak-anak yatim-dhuafa dari 19
panti asuhan di Surabaya, berkesempatan
buka bereng bersama Konsulat Jenderal (Konjen) Tiongkok untuk Surabaya, Yu
Hong. Bersama mereka juga sejumlah pengusaha. Tampak juga istri Dahlan Iskan,
yaitu Nafsiyah Dahlan. Keduanya tanpa ragu bercengkrama dengan anak-anak yang
mendapatkan limpahan kasih-sayang lebih banyak di panti asuhan, ketimbang dari keluarga
itu.
Yu Hong memotivasi mereka agar lebih giat belajar. Ia
berharap sejumlah bantuan yang diberikan dapat membangunkan inspirasi dan
semangat untuk lebih belajar. Dapat tergerak memiliki tekad dan kemauan untuk
sama sukses dan berprestasinya dengan para dermawan yang membantu.
Pada minggu berikutnya, giliran komunitas pengusaha Tionghoa yang
tergabung dalam Yayasan Bakti
Persatuan (YBS) dan Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya (PMTS), menggelar
acara serupa. Selain bukber, anak-anak yatim juga memperoleh bingkisan uang, kue,
mie instan, beras, buku dan alat tulis
Ketua Yayasan Masjid Cheng Hoo, Abdul Nurawi, yang juga pengusaha,
mengatakan kepada mereka bahwa boleh jadi kelak merekalah yang bakal tampil di
atas panggung. Berbagi motivasi dan kebahagiaan untuk anak-anak lain yang saat
ini sama nasibnya dengan mereka. Dan itu menurutnya bukanlah sesuatu yang
mustahil, jika tekad belajarnya kuat.
Hal sama juga dikatakan Ridwan
Sugianto Harjono, ketua Yayasan Bakti Persatuan (YBS). Ia berharap kegiatan bukber
dapat membangunkan inspirasi dan motivasi para yatim untuk bangkit dan lebih
bergairah belajar.
“Sebab apa? Kita sebagai pengusaha
tidak ingin hanya berpikir soal cari uang dan bisnis. Kita juga berharap ikut
terlibat berbagi kebahagiaan dengan sesama. Jadi, doakan ya. Rezeki kita bisa
terus lancar. Di masa mendatang, bisa membantu lebih baik dan lebih banyak lagi.
Jangan lupa, belajarnya harus lebih semangat dari tahun sebelumnya,” katanya
memberi motivasi.
Bukber yang tidak sekedar memberi
bantuan, tetapi juga memberi inspirasi, dukungan
spirit juang dan kebersamaan macam begini, sudah tentu pasti melekat dan
melekat dalam benak mereka. Mereka tidak sekedar memperoleh uang saku, namun
juga membawa pulang yang namanya panduan inspiratif untuk meniti sukses.
Ngabuburit Ilmu
Keseruan lain menikmati moment ngabuburit, yaitu dengan menunggu
magrib sembari berbagi wawasan. Diskusi
edisi perdana di bulan Ramadhan yang sangat menarik di antaranya mengikuti bedah buku Kiai Jampes. Ngabuburit sembari berdiskusi ini digelar oleh Komunitas Baca
Rakyat (Kobar).
Suasana Bukber Wawasan Komunitas Kobar |
Secara umum, poin paling menyentuh dalam diskusi ini adalah kesimpulan
yang diberikan penulis buku tentang sosok Kiai Jampes terkait kesadaran tasawufnya.
Ia menyimpulkan, tentang dimensi kehati-hatian kiai Jampes dalam memvonis
fenomena keagamaan di tengah masyarakat, seperti terlalu gampangnya memberi
tudingan sesat.
“Karena apa? Dalam ranah
tasawuf, tidak boleh ceroboh dan gegabah menghakimi.
Pengalaman spiritual seseorang bisa berbeda-beda, termasuk cara mengungkapkan pengalaman
tersebut. Terlebih, sesat
di mata manusia, belum tentu
sesat di hadapan Allah,” katanya.
Sekalipun begitu,
menjelaskan dunia sufi harus melihat tingkat kesadaran dan kualitas pemahaman.
Ada kalangan yang membutuhkan kesederhanaan yang tak perlu dialektika. Ada
kalangan yang menjadikan penjelasan dialektis sebagai suatu kebutuhan, seperti
yang terjadi di dunia akademis. Paling penting, mengedepankan saling
menghormati dan menghargai sekalipun dalam banyak hal terjadi perbedaan.
“Misalnya, dialog saling
menghargai dan menghormati Kiai Jampes dengan KH. Hasyim Asyari tentang
prokontra pagelaran wayang. Ini yang mungkin penting digarisbawahi,” katanya.
Kabar Lainnya
Konjen Jepang Gelar Kanji Cup
Dewa Judi dari Pesantren
Orang Madura; Hidup-Mati di dalam BatikKabar Lainnya
Konjen Jepang Gelar Kanji Cup
Dewa Judi dari Pesantren