Sejarah orang-orang Madura. Cerita suku Madura. Legenda di Madura. Kebudayaan Madura. Jalan-jalan ke Madura. Raja-raja Madura.

6.09.2015

Hebatnya Anak Indonesia: Di Jalanan Mereka Tetap Tumbuh!


poto : www.musicamoviles.com

Mengharukan. Bikin hati campur aduk antara ngenes, nelongso dan bangga. Mereka besar di jalanan. Hidup tak jelas. Pontang-panting mencari uang demi sesuap nasi. Tetapi lihatlah wahai para pemimpin, mereka tak kalah dari anak sekolahan!
Mula-mula, karena didorong kebosanan akut dan kejenuhan tingkat dewa dalam soal kerjaan, saya mencoba refreshing dengan cara mencari hiburan di Youtobe. Sebenarnya, saya suka melonggarkan pikiran dengan lagu-lagu dangdut, terutama lagu-lagu dangdut klasik. Tetapi khusus hari itu, saya butuh penyegar pikiran yang lebih fresh dan bikin hati tertawa.
Pilihan saya jatuh dengan mendengarkan dan menonton lagu-lagu para pengamen di bis-bis. Biasanya mereka amat kreatif merekayasa lagu demi memancing penumpang lebih tajir mengeluarkan isi kantong. Beberapa saya tonton. Benar-benar melegakan pikiran. Namun, tak sengaja saya memutar pengamen cilik. Tegar namanya.
Saya terkesima. Dengan usia masih kanak, caranya memainkan petikan gitar bikin saya tertegun. Belum lagi dipadu dengan suara dan gerak emosi yang kental. Saya dipukau-pulau dibuatnya. Belum puas, saya coba lagi mencari edisi Tegar lain.
Halah, amalakk. Rupa-rupanya saya ketinggalan peradaban. Nyatanya si Tegar sudah tenar. Sudah diundang ke mana-mana dan bahkan di beberapa stasiun televisi. Sial, batin saya. Maklum, soal TV, saya memilih berkata no way. Mending baca koran dan Kompasiana (hehehe).
Lalu saya mencoba mencari pengamen cilik yang lain. Ada beberapa yang berhasil saya temukan. Gila, batin saya lantang. Mereka bagus-bagus. Keren dan bikin kepala makpleng.
Siapa yang Mendidik Mereka?
Ini tanda tanya yang besar di kepala saya. Ya, siapa yang telah membangunkan bakat dan kemampuan anak-anak jalanan ini ke level jenius? Lebih-lebih jika mengamati kreativitas mereka dalam melakukan improvisasi petikan gitarnya. Lebih-lebih jika mengamati kreativitas mereka dalam menciptakan lagu-lagu sendiri.
Belum lagi bicara soal ketangguhan mereka dalam menerjang kerasnya kehidupan. Sudah pasti, anak-anak ini adalah generasi-generasi yang tangguh. Tangguh menghadapi rintangan dan tantangan. Hanya satu kekurangan mereka, berada di jalan.
13875135121507187364
doc | rizalsatriap.blogspot.com
Di jalanan mereka tumbuh apa adanya. Andai saja mereka diperhatikan oleh para pemimpin, harusnya mampu memberikan para pemimpin banyak pencerahan. Bahwa tanpa harus sekolah pun, mereka tetap belajar. Mereka tetap mampu mengembangkan diri.
Ini apa artinya? Secara tak sadar, para pemimpin dan juga kita semua telah terlalu menyepelekan potensi emas generasi bangsa ini. Tidak memberi sentuhan terbaik untuk mereka. Korupsi dan politik primordial benar-benar telah mematikan keseluruhan potensi bangsa.
Siapa yang akan melanjutkan bangsa ini, jika bukan mereka? Sampai saat ini, saya masih dalam tanda tanya besar. Adakah anak-anak sekolahan yang berprestasi melebihi prestasi anak-anak tanpa asuhan ini?; melahirkan karya orisinil, dan tangguh daya juangnya?
Kalau pun ada, tidakkah anak-anak sekolahan yang berprestasi tersebut kemudian menjadi berprestasi, karena memang mereka memiliki cara belajar yang khas, yaitu otodidak?
Sistem yang Mengkerangkeng
Berita terakhir, saya membaca sistem UN mulai dilonggarkan. Bagi saya, ini kabar baik. Meski, menurut saya pribadi, sudah selayaknya UN ditinggalkan. Apa pasal? Kecerdasan, bakat, dan model belajar anak berlainan. Bukan hanya itu, sebaiknya model ujian sekolah mulai diperbaiki.
Sistem ujian dengan model pilihan A-B-C-D, sejatinya telah mematikan potensi anak untuk melakukan olah pikir, olah improvisasi, dan olah orisinalitas pemikiran mereka. Model pilihan A-B-C-D membuat anak memiliki cara pandang kemutlakan. Bahwa kebenaran dan peluang hanya ada satu saja. Tidak mungkin masih terdapat peluang lain.
Pada gilirannya, anak tak diajak untuk berlatih menganalisis, menemukan jawaban-jawaban baru versi mereka sendiri. Maka, inilah menurut saya, sumber merebaknya perilaku contek-mencontek di kalangan siswa, dan meluasnya perilaku copy paste di kalangan Mahasiswa, bahkan di kalangan dosen.
Apa yang mereka cari dari perilaku buruk contek-mencontek dan copy paste? Ya apalagi kalau bukan, agar seragam dengan pengetahuan si penulis soal-soal ujian? Lha, kalau tak sama bakal dicoret dengan spidol merah. Ancaman nilai akademis bisa bubrah.
Ya inilah sebuah perilaku manipulatif, yang puncaknya adalah tindakan korup di banyak lini. Mencopy paste kesuksesan dengan cara-cara A-B-C-D. Mau cari pekerjaan, sulit, ya pilihan cuma adanya satu saja biar cepat suksesnya. Korupsi.
Merangsang Polah Korupsi
Disadari atau tidak, perilaku korup sejatinya adalah cerminan olah pikir yang dikerangkeng. Pengen meraih kesuksesan, tetapi sebab daya pikir yang sejak dini sudah terkerangkeng, menjadikan mereka (kita) tidak tahu cara-cara yang paling baik dan paling mudah untuk meraih kesuksesan, karena sejak awal daya pikir sudah dikerangkeng oleh sistem.
Maka, cara paling aman ditempuh untuk memaksimalkan daya otak demi hidup yang lebih bahagia adalah dengan menggunakan cara-cara siluman, bernama korupsi. Karenanya, selama sistem pendidikan masih membanggakan Ujian Pelajaran dengan menggunakan model memilih jawaban yang ditentukan via A-B-C-D dalam soal-soal ujian, takkan ada prestasi (karya) jenius dari kalangan Pelajar, bahkan tingkat Mahasiswa sekalipun.
Kalau pun itu ada, pasti ia memiliki ciri-ciri khas sebagai sosok penuntut ilmu yang otodidak. Ujian via A-B-C-D sebenarnya mematikan potensi kecerdasan otak. Karena ia melarang para penuntut ilmu untuk melakukan improvisasi, olah nalar, olah kreativitas, dan olah optimisme orijinalitas gagasan.
Maka, ujian A-B-C-D adalah rezim Otoriter, yang melahirkan generasi-generasi yang makin terampil dalam strategi lihai contek-mencontek dan tradisi siluman bernama copy-paste. Sistem pendidikan saatnya diperbarui!
Apakah memang benar demikian? Ah, ini hanyalah curahan pendapat saja. Kegelisahan yang terpendam yang selama ini bak api dalam sekam. Masih perlu diteliti. Perlu dishare dan diberikan kesimpulan akhir ...
Share:

Definition List

Unordered List

Support