Sejarah orang-orang Madura. Cerita suku Madura. Legenda di Madura. Kebudayaan Madura. Jalan-jalan ke Madura. Raja-raja Madura.

Duo Sejati dari Madura: Pangeran Trunojoyo Vs Raden Bugan

Memiliki takdir hidup hampir mirip. Kehilangan keluarga akibat konflik dan kekuasaan. Keduanya tumbuh menjadi pejuang tangguh. Mencintai rakyat sekaligus juga dicintai oleh rakyatnya. Rela bertaruh nyawa. Demi bangsa dan negaranya.

Joko Tole, Sang Pemimpin Besar Madura Kuno

Sejarah Madura kuno menyimpan banyak fakta sejarah. Fakta-fakta tersebut makin pudar ditelan zaman. Generasi muda Madura semakin tidak tahu keteladanan para leluhurnya terdahulu. Di antaranya adalah Joko Tole. Siapakah dia?

Pesona Ziarah Ke Madura

Pulau Madura memiliki fakta unik dan sangat menarik, yaitu pesona spiritual luar biasa yang tampak dari kebudayaan yang jauh lebih lekat dengan fenomena keagamaannya, seperti situs-situs ziarah yang banyak dikunjungi dari berbagai daerah.

Mencoba Sensasi Advan W90

Sudah lama saya bermimpi bisa menulis di mana pun saya berada. Tanpa perlu ribet membawa beban berat semacam laptop berikut kabel pengisi baterei. Advan Vanbook W90, ternyata cukup lumayan. Sayang, reviewnya sulit juga saya telusur di internet.

Wow, Batik Madura Tembus Dunia!

bagi orang Madura, batik bukan hanya soal busana. Tetapi juga soal gaya hidup. Berada di mana pun, kaum perempuan Madura tak pernah lepas dari yang namanya batik!

6.19.2016

Ngabuburit Menunggu Magrib; Sensasi Plus di Bulan Ramadhan


Apa yang seru di bulan puasa, selain melimpah berkah? Tentu itu adalah Ngabuburit menunggu magrib. Untuk mencari menu berbuka, banyak pihak yang menyediakan gratis demi meraih keberkahan. Mulai dari kalangan individu, perusahaan, pengusaha hingga pejabat. Mereka mengumpulkan dana kemudian berbagi bahagia dengan sesama.

Bulan Ramadhan memang penuh berkah dan memberikan kesan keistimewaan yang khusus. bagi banyak orang, terutama menjadi berkah bagi kalangan ke bawah, seperti anak-anak yatim-dhuafa sampai tukang becak dan sebagainya. Apa pasal? Tak lain karena mereka kerap jadi pihak utama berbagi.

Senin (13/6/2016), misalnya. Saya mencicipi nikmat ngabuburit di Graha XL yang berlokasi di Jl. Pemuda, Surabaya. Sejumlah awak media juga hadir di sini. Yang tidak terduga, ternyata ada sosok berpakaian lengkap. Baju koko, bersarung, dan tentu saja berkopiah. Saya kira siapa. Terasa tidak asing. Nyatanya beliau adalah Kiai Suudi Sulaiman.

Tepat juga pihak XL mendatangkannya. Materi ceramah yang ia sampaikan menyesesuaikan dengan situasi yang sedang berlangsung di depannya. Cepat membangun cimetri dengan jamaah ngabuburit. Penyampaiannya bukan hanya mudah dicerna, juga mudah dirasakan. Dakwah jenakanya meringankan pemahaman, selami makna.

Sebagai perusahaan operator seluler, bukber yang diadakan cukup menuaskan dengan gaya prasmanan. Acara bukber ini juga menjadi berkah bagi para tukang becak yang mangkal di seputaran Jl. Kayoon. Dari perusahaan XL mereka memperoleh bingkisan khusus.

Kiai Suudi Sulaiman

Konjen Ikut Gelar Bukber

Ngabuburit sembari berbuka puasa juga digelar sejumlah Konsulat Jenderal (Konjen) negara asing, seperti yang diadakan oleh Konjen Jepang, bersama 22 pengasuh dan ustad Pondok Pesantren di
Share:

4.02.2016

Siapkan Sembilan Perkara ini Agar Selamat Di Jalan


Bertahun-tahun terbiasa melakukan perjalanan jauh, saya mengamati setidaknya terdapat sembilan fenomena yang patut diperhatikan sebelum memulai perjalanan. Lebih-lebih, sudah beberapa kali badan saya menikmati kejamnya aspalan.

Saya mulai melakukan perjalanan jauh sejak memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Dan sekarang pun masih sering melakukan perjalanan jauh. Bicara pengalaman di jalanan,  pengalaman paling menyenangkan  ketika jalan yang kita lalui penuh panorama dan terlalu padat kendaraan.

Urusan keindahan ketika melakukan perjalanan panjang, saya paling suka ketika pulang kampung halaman, yaitu Pulau Madura. Selain jalanan yang longar karena minim kendaraan, sepanjang perjalanan kita disuguhi fenomena keindahan laut dan bukit-bukit yang silih berganti. Rasa lelah dan kantuk pun sirna dengan sendirinya. Sedangkan yang tak menyenangkan ketika kendaraan padat, ditambah dengan para pengendara yang tak disiplin lalu lintas. Menyeberang sesuka hati dan tiba-tiba, juga klakson bersuara menggelegar di telinga.

Ada banyak fenomena saya jumpai selama hampir 15 tahun berkelana di jalan. Saya rangkum setidaknya sebanyak sembilan fenomena yang perlu diperhatikan.

Pertama, berhati-hatilah ketika akan menyeberang. Ada banyak fenomena menyeberangi jalan. Misalnya menyeberang karena jalan berkelok, putar balik dan menyeberang sebab mengendara yang berlawanan arah. Pengalaman yang mengerikan adalah kakak saya. Dia masih mau menyeberang, namun roda yang menyentuh aspal, sedangkan posisi jalan sedang sibuk, membuat roda tersebut dihantam pengendara lain. Walhasil, dia dan sepeda motornya terlempar. Efeknya dia jatuh dan patah kaki.

Kasus lain, ketika saya sedang pulang kerja, seorang bapak berkendara sambil menggendong anaknya. Dia bermaksud menyeberang ke jalur kanan untuk putar balik. Karena tidak mengatur jarak dan waktu dia pun kesenggol pengendara lain. Tak ayal ia hilang keseimbangan. Motornya roboh meski hanya tersenggol tak terlalu keras.

Kedua, ketika sedang berkendara di jalan yang banyak dilewati rute bis, siapkan telinga kedap suara klakson.  Selain rata-rata suara klakson bisa terdengar tiba-tiba, juga karena suaranya sering sangat nyaring sehingga bisa membuat kaget tak terkira. Saya sering ketika pulang kampung naik bis, pengendara motor terpelanting sebab rasa kaget dadakan.

Ketiga, jangan terpancing lampu kuning. Seringkali karena alasan waktu, kita memaksakan diri untuk menerobos lampu kuning. Sebaiknya ketika lampu lalu lintas ada tanda-tanda sebentar lagi berganti lampu kuning, kurangi kecepatan. Khusus satu ini, saya sendiri yang mengalami akibat buruknya. Saat itu, saya sedang tergesa berangkat kerja. Merasa lampu kuning bakal menyala, saya percepat gas. Tidak tahunya, di sebrang juga ada yang ikutan menerobos. Kami pun tabrakan face to face. Kuatnya tabrakan membuat kami berdua terlempar sangat jauh. Sudah bisa diduga cidera yang dialami juga sangat parah.

Keempat, jaga jarak dengan roda empat secukupnya, minimal satu meter. Baik depan maupun sewaktu di belakang. Saya sering mengalami sendiri, termasuk pengendara lain, tiba-tiba kendaraan roda empat mundur ke belakang.  Saya sendiri malah dibentur dari belakang oleh sebuah taksi, saya pun terkapar di jalan.

Kelima, sebaiknya tidak mendahului mobil jika belum mengetahui kondisi di depan. Banyak kejadian pengendara menyalip yang tertabrak karena di depan juga ada kendaraan yang sedang melaju. Lebih-lebih jika sedang jam berangkat atau sepulang kerja. Para pengendara seakan diburu setan dalam urusan kecepatan dan kewaspadaan.

Keenam, jangan ragu berhenti untuk istirahat jika sudah mengantuk dan kelelahan, apalagi jika kita sedang berkendara bersama anak atau istri. Perjalanan jauh seringkali berakibat lelah dan kantuk. Namun karena sebab terburu-buru kita menyepelekannya. Sudah terlalu banyak kasus kecelakaan terjadi akibat lelah dan kantuk. Tidak perlu memaksakan diri. Lebih baik jeda untuk istirahat.

Ketujuh, apabila kondisi jiwa sedang tak stabil baiknya diam saja di rumah. Ada banyak faktor jiwa yang labil. Misalnya sedang kepikiran pekerjaan yang menumpuk. Bisa juga bagi kalangan muda, karena sedang berselisih dengan pacarnya sehingga di jalan tetap tergenang. Bisa saja karena asyik melamun dan memikirkan masalah, bikin kita lupa keadaan jalan. Lebih-lebih, tak setiap pengendara lain cukup berhati-hati dalam berkendara.

Kedelapan, cek kesehatan mesin dan siapkan perbekalan secukupnya. Perjalanan yang jauh membuang banyak energi, baik energi mesin dan energi fisik kita. Kondisi mesin yang buruk tentunya akan sangat menggangu ketika mesin tersebut rusak sebelum sampai tujuan, sedangkan tujuan masih jauh. Perbekalan juga sama pentingnya, baik isi dompet dan makanan. Jangan sampai kelaparan di jalan, dan isi bensin habis. Alamat tak pernah sampai di tujuan.

Dan kesembilan adalah persiapan pelengkap, yaitu awali dengan berdoa sebelum memulai perjalanan. Seberapa berhati-hati kita di jalan, terkadang masih saja apes terlibat kecelakaan. Lebih baik sempurnakan perjalanan kita dengan berdoa terlebih dahulu. Semoga dengan begitu, di saat-saat genting, Tuhan menjaga kita agar selamat dari ancaman bahaya di jalan.   


Tetapi bagi Anda yang kurang meyakini kebenaran doa, tokh tidak sedikit kasus kecelakaan di jalan yang unik-unik. Tabrakan cukup keras dan berbahaya, namun anehnya yang celaka tidak mengalami luka berarti.  Ada juga yang secara akal sehat kecelakaan berlangsung sepele, namun berakhir luka parah. Fakta yang menurut saya merupakan keajaiban alam tersendiri. 
Share:

3.27.2016

Kematian yang Mesra Ala Bung Karno

Saya sudah banyak melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dulu dari saya. Hampir semua matinya jelek. Karena banyak dosa rupanya. Saya pun banyak dosa. Dan saya takut mati jelek. Saya selidiki bagaimana caranya agar dengan mudah hapus dosa saya dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Dapat ampunan dan saya bisa mati tersenyum—Obrolan Bung Karno dengan Prof. Kadirun Yahya (Juli 1965).
Rasanya muncul gelegak debar jantung. Bulu kudu yang segera saja merinding. Begitulah ketika saya secara perlahan dan berusaha lebih cermat membaca selaman kisah antara Bung Karno dengan Prof. Kadirun yang disampaikan Didiek S. Hargono dalam catatan Facebooknya.
Lebih sepuluh kali saya membacanya berulang, agar memperoleh resapan makna dan pesan terdalam di setiap detil cerita tersebut. Sebagai seorang pemimpin besar dan Presiden Pertama Negara Kesatuan Repukblik Indonesia (NKRI), sudah pasti banyak kegundahan dan sejumlah pertanyaan yang hadir dalam benak sang bung itu.
Terlebih, dialah sang pembawa komando utama dalam rangka mendirikan NKRI. Merebut kemerdekaan dan memperjuangkan habis-habisan agar Republik berdiri sampai final, tidak pelak banyak tindakan yang mungkin bagi Bung Karno tidak akan lepas dari sejumlah kesalahan-kesalahan yang ia perbuat, baik yang dilakukan secara sengaja maupun secara tidak disengaja.
Sungguh luar biasa. Tidak banyak sosok-sosok pemimpin yang mau menyimpan kerendahan hati dan mau menurunkan egonya sedemikian rupa sebagaimana yang ditampakkan oleh Bung Karno. Dia mau mengakui dirinya sebagai pemimpin pastilah banyak kekeliruan dan dosa-dosa di dalam memegang dalam menjalankan amanah kepemimpinannya tersebut.
Karena itu, dengan perasaan dan kesadaran bahwa pastilah sudah sedemikian banyak dosa dan kesalahan yang mungkin telah dilakukannya selama menjadi pemimpin, Bung Karno selanjutnya banyak mengajak para ulama berdialog soal-soal keagamaan, terutama yang terkait cara mengakhiri hidupnya dengan khusnul khotimah. Cara sambut detik-detik kematian dengan bibir penuh senyuman lebar.
Selama memimpin bangsa, sebenarnya jika dilacak dalam perjalanan sejarah kebangsaan NKRI, Bung Karno tidak pernah melepaskan hubungan yang baik dengan para ulama. Ia sering melibatkan para ulama untuk memecahkan berbagai problem-problem kebangsaan.
Bahkan, beberapa perkataan-perkataan mutiara yang membangkitkan semangat kepahlawanan dan bela tanah air yang diucapkan Bung Karno, sesungguhnya terinspirasi dan digali dari perjumpaan dan dialog-dialognya dengan para ulama. Dalam ranah politik dan kebangsaan, ia tercatat sering berkonsultasi dengan KH. Abdul Wahab dari Pondok Pesantren Tambak Beras.
Ungkapannya yang sangat menggetarkan, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia,” diduga berasal dari KH. Abdul Wahab. Ia pun dekat dengan KH. Hasyim Asyari, yang memberinya pegangan dan panduan keagamaan tentang hukum berjuang membela tanah air dari cengkraman penjajahan negara-negara asing. Tentunya, ulama-ulama lain pastinya sering diajaknya terlibat diskusi nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai keagamaan.
Hubungan antara ulama dan umaro yang saling bertaut tersebut, mengingatkan saya pada para pemimpin besar Islam, seperti Umar bin Khattab, Harun Ar-Rasyid dan sejumlah pemimpin besar Islam lainnya. Di mana, mereka kerap melibatkan para ulama dalam proses kebijakan dan urusan kenegaraan dalam perspektif keagamaan.
Beliau-beliau, bahkan bisa sampai menangis sesenggukan saat menyimak nasehat-nasehat spritual yang diberikan para ulama tersebut, terutama jika sudah terkait dengan perilaku dan kebijaksanaan mereka selama menjalankan kekuasaan.
Ingin Mati Tersenyum
Dalam upaya meraih harapan bisa mati tersenyum, dan segenap dosa-dosanya bisa tertebus dan diampuni yang Mahakuasa, Bung Karno bertanya kepada Prof. Kadirun Yahya tentang kisah aneh yang dialami seorang pelacur yang disebutkan dalam salah satu hadist Nabi Muhammad Saw.
Disebut aneh, karena si pelacur mengapa bisa masuk surga dan dosa-dosa yang dilakukannya selama ini semuanya diampuni oleh Tuhan, hanya gara-gara melakukan sedikit kebaikan?  Kebaikan yang sedikit tersebut, yaitu karena ia menolong anjing yang sedang kehausan. Pelacur itu memberinya minuman, sehingga si anjing pun selamat dari takdir kematian.
“Pertanyaan ini sudah sepuluh tahun. Saya sudah bertanya kepada sejumlah ulama, sejauh ini belum ada jawaban yang memuaskan saya. Jadi, kenapa seorang wanita yang berdosa, tetapi dengan sedikit saja jasa, itu pun pada seekor anjing pula, namun dosa-dosanya dihapus oleh Tuhan? Maka ia pun menjadi ahli surga? How do you explain it Professor?” kata Bung Karno di hadapan Prof. Kadirun Yahya.
Prof. Kadirun Yahya tidak langsung menjawab. Ia diam sebentar. Kemudian ia meminta diberikan kertas tulisan. Berikut saya tulis penjelasan Prof. Kadirun Yahya, sebagaimana ditulis dalam Facebook Didiek S. Hargono
"Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.
Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika. Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.

10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ;
“Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar...”
"Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0...
“...Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.
Bung Karno diam sejenak.
“Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran. Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan."
"Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati,” jelasnya.
“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya r.a), lanjutnya.
Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.
"Nur Illahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT", kata Prof.
Prof melanjutkan, "Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum!

.... Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.
".... Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)", jelas Prof.
Prof menyimpulkan, "Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Illahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi."
“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden.
Prof menjawab, "Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT.
–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang – (HR. Abu Daud dan An-Nasay).
Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon : “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum...” katanya.
Menebus Dosa Ala Bung Karno
Nyatanya, jika ditelusuri dari detik-detik akhir menjelang kematiannya, Bung Karno tampaknya betul-betul mengamalkan apa yang pernah dijelaskan oleh Prof. Kadirun Yahya.
Terbukti, meskipun masih memiliki kekuatan melakukan perlawanan ketika dibungkam pak Harto pasca-GS/30, beliau memilih menaruh senjata. Bahkan, walaupun ia diasingkan dari publik dan keluarganya sekali pun. Bung Karno tetap kalem. Ia tetap tabah dan istiqamah menerima segala perih penderitaannya sendirian. Ia memilih merasakan semuanya dengan hati dan jiwa yang sempurna, hingga ajal menjemput.
Padahal, saat beliau diasingkan sebagai tahanan rumah, beliau tidak diberi obat tetapi hanya vitamin saja, tidak dibelikan mesin cuci darah padahal sangat membutuhkan dan negara mampu beli, serta hanya diberi dokter hewan dan bukan dokter ahli yang sangat banyak waktu itu
Mungkin bagi Bung Karno, cukuplah baginya merasakan denyut demi denyut kebahagiaan atas telah bebasnya Rakyat Indonesia dari rengkuhan penindasan dan kolonialisme penjajahan. Cukuplah baginya, di tengah kepungan kenistaan dan penderitaannya tersebut, ia merasakan kebahagiaan karena rakyat sudah berhasil ia redam dari arus peluang akan terjadinya perang saudara. Dan boleh jadi, beliau berharap pemimpin berikutnya akan lebih baik dan bisa ngemong raakyatnya.
Ya, mungkin itulah kekuatan kebahagiaan yang tiada bandingannya bagi si Bung, sehingga ia mampu tegar bertahan dan menerima segala hal di dalam kubang penderitaan akhir hidup. Makna hidup paling sejati. Dan cara menghapus dosa, dan bisa tetap tersenyum saat malaikat datang menjemputnya kembali ke sang Agung, pemilik kehidupan dan jagat semesta raya.
Tulisan ini sepenuhnya digali dari share kisah Facebook Didiek S. Hargono. Sejumlah kalimat saya edit seperlunya tanpa mengubah maknanya, agar selaras dengan alur bahasan yang saya tulis. Sila berkunjung ke kediaman facebook beliau, Didiek S. Hargono.

Catatan Bung Karno Berikutnya:
Share:

3.18.2016

Berubah dengan Peribahasa

Ada Udang di Balik Batu---Artinya, Tidak selamanya apa yang kita lihat itu tepat. Apa yang kita dengar itu benar. Apa yang kita baca itu adalah fakta. Oleh sebab itu telitilah sebelum membeli. Adakalanya kita membenci atau mengagumi sesuatu setengah mati, hanya sebab sekedar melihat. Sekedar mendengar. Atau sekedar bacaan.

Sebagaimana bongkah batu, terkadang apa yang kita lihat hanya rupa dan bentuk batunya. Lantas serta-merta ambil kesimpulan, tetapi enggan menelisik atau melihat apa yang terdapat di balik kokohnya bebatuan. Tetapi memang, seringkali yang namanya batu tetaplah hanyalah sebongkah batu.

Dan tidak apa-apa di baliknya. Namun setidak-tidaknya kita mengetahui, tidak setiap sesuatu selalu tampak sebagaimana aslinya.

Keajaiban sesekali muncul, seringkali ia hanya igauan dan kumpulan angan-angan (2016)

(2)

Tidak Ada Asap, Kalau tidak Ada Api---Artinya, orang cenderung penasaran pada sesuatu yang memiliki efek dramatis dan mematikan semangat, ketimbang tertarik pada munculnya fenomena-fenomena kesederhanaan yang inspiratif. Cenderung susah melupakan yang buruk-buruk, daripada mengingat-ingat yang baik-baik yang membangunkan harapan.

Kebanyakan orang meyakini bahwa tiap perbuatan buruk pasti nanti akan ada karmanya. Namun sangat sedikit yang meyakini bahwa tiap-tiap perbuatan yang baik juga pasti akan ada karmanya. Sebagaimana adanya asap, orang selalu menyangka yang buruk-buruk sebelum benar-benar ia menyaksikan apa yang sebetulnya sedang terjadi, bahwa pastilah ada kobaran api besar di belakangnya yang membakar gedung, rumah atau pasar.

Padahal munculnya asap tidak selalu kobaran apinya itu besar dan asal main bakar tempat, jauh lebih banyak ditimbulkan oleh kobaran yang apinya kecil.

Dan yang terbakar biasanya adalah barang-barang yang senantiasa dicari dan ditunggu-tunggu; orang yang bakar jagung, bakar sate, bakar menyan, hingga bakar obat nyamuk (2016)
Share:

3.02.2016

Kesumatku Padamu Dik!

sekali bertemu dik,
desahmu menggeledah
hingga kepradah,

menetaskan kemelut
yang mengambang,

erang.

Yang tak jua maut,

di dalam liarnya

takut, Agustus 2009
Share:

2.29.2016

rupa-rupa jiwa

Sekiranya ada orang lain menyepelekan engkau, tenanglah. Begitu pun saat tiba-tiba muncul orang menjatuh-jatuhkan mentalmu, terimalah. Betapa pun hatimu membara. Sekalipun pikiranmu terbakar, dinginkanlah. Sesekali sambutlah semua hal yang mampu mengusik rasa tersinggungmu dengan senyum yang dalam. Yang luas. Yang seikhlas-ikhlas kelapangan jiwa. Lafalkanlah alhamdulillah. Alhamdulillah. 

Alhamdulillah.


Adakalanya, ia adalah petunjuk yang Mahacinta bagimu. Bahwa dirimu sebetulnya sedang menyepelekan, meremehkan dan menjatuhkan dirimu sendiri. Sedang dirimu dicipta yang Kuasa dengan sebaik-baik penciptaan.

Namun engkau 

selalu berburuk-buruk sangka 
atas keberadaan dirimu 
sendiri 

(2)

Sekiranya ada orang lain memuji-muji engkau, jedalah sejenak. Begitu pun saat tiba-tiba muncul orang yang menyanjung-nyanjung sejumlah kebaikan dan kehebatanmu, diamlah beberapa saat. Heningkan ciptamu.
Betapa pun hatimu berbunga-bunga. Sekalipun pikiranmu terbang ke awang-awang karenanya; tariklah napas dan hembuskanlah perlahan.

Sesekali sambutlah semua hal yang mampu mengusik rasa banggamu, rasa pamormu maupun rasa kedigdayaanmu, dengan rasa hati yang lebih hati-hati. Adakalanya, ia adalah sebentuk sindiran yang Mahawelas Asih untukmu. Bahwa dirimu sebetulnya mungkin sedang mabuk derajat. 

Lupa diri. 

Dan lupa bersyukur. Lupa dermawan kepada sesama. Sedang derajat itu pemberian Tuhan. Kapan saja bisa diambilnya kembali. Sekiranya engkau, barangkali untuk kesekian kali 
telah selalu lupa segala. Dari yang 
segala-
gala (Februari 2016)
Share:

2.12.2016

Mari Kudebat Kau! (2)

Sebatang dua batang rokok. Tetap belum mampu mengusaikan jelaga. Tak sampai lima menit, kopi diatas meja sisa ampas. Kembali kupesan secangkir. Sebenarnya, baru kali ini diriku ngopi di warkop. Sebelumnya, diriku hanya ngopi di rumah atau di kantor.
Ah. Lelaki itu.

Mungkin saja ia benar. Aku terlalu sibuk berdebat. Diriku terlalu sibuk dengan segala jubah kebanggaan dan kemenangan kobar-kobar emosiku. Aku lupa bahwa rupanya selama ini diriku hanya sibuk membaca. Sibuk membaca. Dan sibuk membaca. Tanpa ikut merasakan apa sebenarnya makna yang tulisan yang dibaca.

Yang kubaca hanyalah
Share:

Mari, Kudebat Kau!


Lelaki itu. Menatapnya dalam. Menghembuskan asap rokok, kemudian tersenyum. Kukumpulkan seluruh logika. Mendebatnya sedemikian rupa. Banyak pertanyaan yang tak ia jawab. Mungkin dia sudah menyerah kalah. Muncul rasa bangga di dalam hatiku. Kukira dia orang hebat nan jenius. Oh, ternyata.

"Orang mencari ilmu sebanyak-banyaknya, menurutmu untuk apa?" tanyanya. Sinis aku tersenyum. Dia berusaha alihkan topik rupanya.


"Biar pintar, cerdas bin jenius. Pertanyaan remeh temeh kok ditanyakan, huh!"

"Sekarang engkau sudah pintar bin jenius. Beberapa pertanyaan gagal kujawab bukan?"


Aku semakin sinis saja tersenyum.


"Kalo sudah jenius, lalu apalagi yang kau cari
Share:

Keledai dan Tuannya

Aku mencarimu. Kesana. Kesitu. Kemana-mana. Semakin tak terkira jalan, semakin pula tidak kutemukan apapun. Padahal namamu selalu ramai disebut-disebut, diperbincangkan, diperdebatkan, hingga diperebutkan. Oh, berisik. Berisik sekali.
Hingga kemudian kutemukan sejumlah orang yang sepi. Tak sekalipun ia menyebut-nyebut namamu. Sejumlah orang yang asyik, khusyuk nan khidmat dengan aktivitas mereka masing-masing.
Ada yang asyik melukis. Ada yang khusyuk menabuh rebana. Ada yang khidmat menulis. Ada juga yang sedang senang mendengarkan sejumlah orang yang ingin berbicara.
"Apa kau tak ikutan mencari, berbincang, berdebat dan berebut?" Kataku pada
Share:

2.08.2016

Cintaku Padamu

Apakah orang-orang itu harus tahu caraku mencintaimu? Apakah mereka berhak menilai, menjustifikasi, memberinya vonis tertentu dan kemudian mengabarkannya kepada semua orang?

Oh sungguh. Seberapa dekat orang-orang itu denganmu? Seberapa dalam. Dan seberapa getar cinta mereka untukmu? Aduhai engkau. Di balik pakaian gemerlapku ini, dan di balik kebaikan dan kemuliaan perilakuku, oh sungguh.

Ada banyak kekusutan, dan hal-hal gelap nan kotor yang selalu rapat kusembunyikan. Mengisi isi pikiran, isi benak dan isi hatiku. Oh, malunya diriku. Di hadapanmu semuanya menjadi serba telanjang. Tidak satu pun isi benak ini yang tak engkau ketahui.

Sekiranya getarmu sampai kepadaku, dengan cara apa aku mencintaimu? Sebab getar-getar itu berbeda dengan mereka. Aku menunduk. Mereka membungkuk.

"Ya membungkuk sajolah. Apa susahnyo seh?" seseorang nyeletuk dari sebrang. Aku kaget.

"Pinggangku encok mas!"
Share:

2.02.2016

DENTUM KATA

Ah. Kata-kata.
Semudah membuka telapak tangan
menggelontorkannya. Sebanyak
yang kau mau. Seindah
yang kau inginkan.

tetapi kata-kata adalah makhluk hidup.

Ia tumbuh. Dan berbuah.

Mengisi halaman
pikiran. Halaman
demi halaman pikiranmu.
Ia bisa membuat gembur rongga-
rongga di dada, oksigen pun
bertambah. Saluran napas
jadi segar. Badan jadi sehat
dan bugar.

Ia pun bisa pula membuat rongga-rongga di dada
sedemikian tandus. Gersang. Dan panas kemarau
yang panjang. Emosi jadi meledak-
ledak. Pikiran buntu. Saluran napas
jadi berat. Gelap
isi kepala.

Kata-kata

Utusan Tuhan yang kau sangka
adalah milikmu. Kau sangka ia hilang begitu saja
bak angin lalu begitu kau
keluarkan. Oh sungguh.
Suatu saat ia akan kembali lagi
padamu. Menagih
janji.


kata-kata juga menyerupai makhluk hidup. Tak perlu menunggu di hari perhitungan,
di dunia ini pun kata-kata yang pernah dikeluarkan itu
bakal mendatangimu kembali. Untuk menagihmu.
Menagih pertanggungjawaban. Yang meski mengelak pun
tentu kau bakal sulit.

Ia menyerupai pantulan cermin,
ketika badan kau hadapkan
(2015)
Share:

TERSINGGUNG

Aku tahu. Kau marah. Kau tersinggung. Emosimu mulai menimbun bara dalam sekam. Ingin rasanya kau gepuk kepalaku. Sejumlah kata mulai kau himpun. Serupa batu-batu, sekalimat demi kalimat kau tata sedemikian rupa di ruang-ruang atas kepala.

Kalau sudah sampai waktu, ingin saja segera kau lempar batu kata-kata itu ke arahku. Demi Tuhan, ucapmu menahan gelegak, amarahku padamu sudah tidak tertahan. Kenapa tak kau lempar saja batu-batu kata itu kepadaku? Sahutku kemudian.

"Cukup. Aduhai cukup. Sesak dadaku. Kumpulan amarah itu, sungguh-sungguh menyerupai sekumpulan batu di dalam dada. Kumohon. Cukup. Kalau batu-batu itu tambah banyak, bisa meledaklah dadaku," katamu memohon.

"Bukannya, kumpulan batu-batu di dadamu itu kau juga yang bikin sendiri? Mengapa aku yang kemudian harus kau kelirukan?"

"Aku juga tidak tahu. Padahal, niatku kan sangat mulia. Aku hanya ingin kau masuk sorga. Hanya itu saja..."

"Waduh. Padahal, aku pun berharap kau pun bisa masuk surga..."

"Tapi, tapi kan? Kau tak layak masuk surga. Dosamu banyak. Tuhan tidak suka padamu. Bertobatlah. Kembalilah pada jalan yang benar lagi lurus.."

Mataku mendelik. Tuhan tidak suka padaku? Ada rasa amarah kurasakan. Kutatap ia nanar. Isi dada berasa sesak.

Kupikir, sebagaimana yang dia rasakan, kini sekumpulan batu ikut bermunculan didadaku.
Share:

1.29.2016

Berdebat, Apa harus Menang?



Debat menjadi salah satu di antara cara menyelesaikan masalah tertentu. Tanpa debat, rasa-rasanya sebuah obrolan jadi tak seberapa garing. Tetapi, apa sebenarnya keuntungan dari perdebatan? Benarkah ia mampu memecahkan masalah?


Apa itu debat? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) debat diartikan sebagai pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Diamati dari KBRI, maka poin penting dari debat adalah upaya mempertahankan pendapat masing-masing.

Dalam buku Retorika, Dori Wuwur, ia menjelaskan debat adalah saling adu argumentasi antar pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak. Poin yang bisa disimpulkan
Share:

Aku Berpikir maka Aku Menghilang?

Mula-mula diriku meyakini bahwa jika aku berpikir maka aku ada. Namun nyatanya, makin diriku berpikir makin saja diriku tak menemukan apa-apa. Apapun. Hilang semua bentuk. Semua rupa. Semua bahasa. Semua benda-benda.


Siapa aku? Begitulah diriku memulai doa-doa Nabi Descartes itu. Orang-orang memberikan sahutan, dirimu adalah dirimu. Kutanya balik, dirimu yang mana? Mereka kembali menyahut, ya dirimu yang itu. Yang di depanku. Yang sekarang memiliki pertanyaan demi pertanyaan.

Aku bertanya tentang siapa diriku, mengapa engkau lantas menjawab tentang soal dirimu? Aku tak bertanya soal dirimu. Tetapi bertanya soal diriku, siapa diriku? Lalu, siapa juga dirimu? Mengapa engkau berada di hadapan yang disebut dengan diriku ini? orang-orang terdiam. Mereka lanatas memilih membisu. 

Sebelum berlalu, mereka masih sempat menyisakan jejak kata; dia sedang mempertanyakan tentang siapa dirinya. Padahal dia sudah paham seluk-beluk soal itu. Yang lain menimpali, ah barangkali dia memang sejak terlahir sudah tak memiliki sebuah nama.

Oh, mereka malah menempatkan satu pertanyaan lagi, mengatakan bahwa diriku adalah dirinya? Merekalah yang sebenarnya sedang bingung, bukan diriku ini. Diriku hanya bertanya siapa diriku? 

Tetapi bukannya mereka memberikan penjelasan tentang siapa gerangan diriku, malah menjelasakan sesuatu yang lain; tentang dirimu, tentang dirinya. Atau bahkan jika saja aku tanya lagi, orang-orang itu mungkin juga akan berkisah tentang mereka?


Diriku Menghilang?

13867100931509502401
doc--arestakilu.wordpress.com


Bertanya pada orang-orang tak memberikan jawaban yang setimpal. Maka bertanyalah diriku pada diriku sendiri, siapa gerangan diriku ini yang sejati? Aku pun mulai mencoba melakukan penelusuran tentang apa dan siapa gerangan diriku yang sesungguhnya.

Aku lantas memilih menghampiri cermin. Di sana tampillah apa yang orang-orang sebut adalah diriku, dirimu dan juga dirinya. Ada rambut, kepala, bahu, tangan, dan kaki. Sebutlah sederhannya yang dapat kulihat adalah organ-organ tubuh. Maka muncullah bisikan di dalam hatiku, oh jadi yang dimaksud diriku adalah organ-organ tubuh?

Bibirku sunggingkan senyum. Puas mendapatkan jawaban ini. Ringkas, padat dan jelas. Juga mengena. Ya berarti yang dimaksud dengan diriku adalah organ-organ tubuh itu. Hingga kemudian di dalam tempurung kepala, muncul lagi sebuah tanda tanya dadakan.

Lalu, siapa ini gerangan yang bertanya-tanya soal diriku ini? Oh, itu pikiran. Pikiran? Apa itu pikiran? Seperti apa rupa dan bentuknya? Menyahut silbus pertanyaan ini, kembali aku melihat cermin. Tak muncul apapun di sana, apa yang disebut dengan pikiran.

Lalu di mana letak pikiran jika begitu? Apa dia memiliki semacam suara-suara? Jika ia tak memiliki semacam suara-suara, mengapa jelas terdengar di kepalaku yang bergolak dengan ribu pertanyaan?

“Maka bertanyalah engkau pada pihak yang mengatakan aku berpikir maka aku ada. Biar dia sendiri yang menjelaskan. Lebih tepat bukan?” Ah, suara siapa ini yang memberikan pertanyaan terbaru?

Tiba-tiba rupa-rupa diriku seakan menghilang. Aku hanya melihat sebentuk badan yang tersusun dari organ-organ badan. Apa iya itu adalah diriku? Demikian pertanyaan itu mengulang. Mengulang dan mengulang.

“Barangkali kau perlu memasuki ruangan-ruangan lain yang bisa memberimu jawaban-jawaban yang memuaskan,” suara itu kembali mengusukan penawaran. Aku terpaksa mengiyakan.

Sebuah ruangan pun terbuka. Sebuah gerbang lebar terbuka. Tikar-tikar panjang digelar. Beberapa orang duduk dengan lesehan. Beberapa di antaranya memiliki jenggot yang panjang terurai. Putih keemasan. Siapa mereka?

“Duduklah nak. Kami siapa membantu dan urun rembug mengenai soal-soal dari tempurung kepalamu itu. Dengan sepenuh hati...” kata salah seorang dari mereka. Masing-masing dari mereka ternyata membawa sebuah buku tebal. Kumuh dan berdebu. “Maklum. Buku ini sudah lama kami simpan. Jadi berdebu begini rupa...” katanya lagi.

Aku melihat judul-judul buku mereka yang tertera dengan jelas terpapar di mata. Ya baru aku mengenal siapa mereka.

“Aku adalah Karl Marx...” kata salah seorang dari mereka memperkenalkan diri.
“Perkenalkan daku adalah syekh Siti Jenar... “ busyet. Tokoh tanah Jawa juga muncul. Lalu, di sebelahnya lagi menggeser lokasi pantat. Kurasa ia juga pengen mengenalkan diri. Langsung saja kuangkat tangan ke atas.

“Stop dulu tuan-tuan. Sebelum memasuki sesi diskusi, baiknya saya tutup dulu ruangan pikiran saya ini,” kata diriku meminta permohonan. “Mengapa harus begitu?” tanya yang menyebut dirinya Karl Marx.

“Saya belum mengisi modem dengan energi yang powerfull. Jika habis, ya bahaya. Ilmu aji Kompasiana saya bisa padam mendadak. Sementara saya mengisi energi terlebih dahulu ... “ kata diriku dengan wajah memerah memalu.

Para sesepuh itu beruntung cuma manggut-manggut simpul.


1386709936715375820
kakbenny.blogspot.com"
Share:

Sembuh Simpel Ala SEFT

sefthealing.com


Saya manggut-manggut, ketika seorang ibu berumur 50-an tahun menyatakan kadar gulanya sudah turun. Bahkan sudah bisa makan apa yang dulu menjadi pantangan. Sakitnya juga sudah lumayan mereda. 

Dia adalah pengidap Diabetes. Setelah diterapi, penyakitnya berangsur sembuh, meski belum 100%. Berulangkali dia mengucap syukur. Dulu ia sering gelisah karena banyaknya pantangan makan. 

Belum lagi ia merasa kalut karena takut keburu meninggal sebelum memiliki cucu. Setelah mengikuti training SEFT, ia mulai leluasa mengikhlaskan apa yang jadi kecemasan terbesarnya Kini, ia lebih berbahagia, bukan cuma lebih bisa menikmati hidup, pun karena menjadi lebih sehat.

Ibu di atas salah satu dari peserta training SEFT yang saya wawancarai. Rupanya

Share:

Selingkuh Bersungguh-Sungguh

Debur arus sungai ini bak samudra saja. Bergemuruh. Airnya berpental-pental, bergelombang. Tiap pulang kerja, akhir-akhir ini aku suka singgah di sungai ini. Menikmati semilir yang sumir.

foto: article.wn.com

“Hallo tampan...” 

Ah. Perempuan itu. Sudah di sampingku ternyata. Semilir angin membawa kumpulan rambutnya berderai, bergelombang. Juga bergemuruh. Meski gemuruhnya terdengar dalam dada. Bayangkan saja, tiba-tiba ada wanita jelita di sebelahmu. Seksi lagi. Aduhai begitu. Minimal hatimu berdebar.

“Ada film bagus malam ini,” katanya. Aku sengaja tak menggubris. Aku tahu maksudnya. Sudah tiga kali ini dia bilang begitu
Share:

Definition List

Unordered List

Support